Hidungnya yang lancip dan mancung memberi kesan sunyi, tetapi bibir mungil di bawahnya membuka dan menutup dengan halus, seperti lingka...

CINTA YANG GAGAL SEJAK PANDANGAN PERTAMA


Hidungnya yang lancip dan mancung memberi kesan sunyi, tetapi bibir mungil di bawahnya membuka dan menutup dengan halus, seperti lingkaran lintah kecil yang indah. Bahkan, ketika ia diam, bibir itu terlihat seperti bergerak-gerak...Garis kelopak matanya tidak naik atau turun. Seolah-olah dengan alasan tertentu, garis itu sengaja ditarik lurus melintasi wajahnya. Ada kesan yang sedikit lucu di sana, tetapi alisnya yang agak menurun dengan bulu-bulu pendek yang tebal sangat pantas menaungi mata itu. Tak ada yang luar biasa pada lingkar wajahnya yang bulat dan sedikit lancip. Kulitnya seperti porselen putih yang dilapisi warna merah muda dan lehernya masih jenjang dan belum menggembung. Dengan semua itu, ia lebih tepat disebut bersih ketimbang cantik.

Sebenarnya novel “Daerah Salju” karya: Yasunari Kawabata ini saya beli sudah cukup lama, mungkin satu tahun yang lalu di toko buku daerah Surabaya. Alasannya, saat itu saya tertarik dengan keterangan di sampul belakang novel tersebut yang bertulis “pemenang nobel kasusastraan tahun 1968”, selain itu saya juga ingin membaca karya novelis Jepang selain Haruki Murakami atau Natsumo Soseki. Namun setelah sekian lama saya anggurin, baru kemarin saya menyempatkan diri untuk membacanya.

Bercerita tentang Shimamura seorang lelaki berumur 30-an ( menurut saya) yang terjebak cinta dengan Komaku seorang Geisha (wanita penghibur) yang berada di daerah salju tersebut. Hubungan yang mereka jalin sebenarnya sangatlah sederhana namun juga cukuplah lengkap. Tidak ada saling paksa-memaksa, tidak ada saling menuntut, dan tidak ada yang saling memberikan janji manis. Sebenarnya mereka berdua ingin agar bisa terpisah, toh Shimamura juga sudah beristri dan mempunyai anak, akan tetapi semakin mereka saling menjauh, semakin dekat juga perasaan cinta mengikat hati mereka berdua. Perasaan yang mengengkang, yang akhirnya membuat mereka berdua sadar. Bahwasanya manusia memang tidak bisa membohongi isi hatinya sendiri.

Shimamura begitu bergantung dengan Komako, sedangkan Komako tidak bisa hidup tenang jika tak di samping Shimamura. Hal itu yang membuat Komaku setiap malam selalu berkunjung ke kamar Shimamura, walau dengan keadaan lelah dan mabuk. Shimamura agak kurang mengerti kenapa Komaku bisa ingin mendekatinya. Shimamura juga tidak menampik bahwa dia juga ada rasa dengan Komako. Namun didalam hati mereka berdua sebenarnya sadar, bahwa cinta mereka tidak akan terkabulkan sejak pandangan pertama.

Keunggulan dalam novel ini sebenarnya terletak pada fokus pembaca yang disuguhkan hanya pada dua karakter saja, walau ada karakter pendukung yaitu Yuko, namun secara garis besar hanya menceritakan Shimamura dan Komako saja.

Daerah Salju yang dalam bahasa Jepang “Yukiguni” awalnya berasal dari kumpulan cerita pendek, dari tahun 1935 sampai 1948. Cerita ini terpisah menjadi Sembilan bagian, dua bagian ditahun 1935, lima bagian di tahun 1937 dan dua bagian lagi ditahun 1940. Baru di tahun 1948 kumpulan cerita pendek tersebut terfinalisasikan.

"Yukiguni", sendiri adalah sebuah nama daerah, yang bisa dicapai melalui terowongan panjang di bawah pegunungan perbatasan antara Gunma (Kozuke No Kuni) dan Niigata (Echigo No Kuni).

Buku ini sangat recommended sekali untuk kalian baca, selain bisa membayangkan lembutnya salju dimusim dingin. Juga merasakan roman dengan konflik cerita yang sederhana namun sangat mendalam. Dan saya menyesal, karena baru sempat menyelesaikannya sekarang.

0 komentar: