Rasanya kita tidak perlu iri dengan Vietnam atas lolosnya
timnas nasional sepakbola mereka ke final AFC CUP dan piala dunia U23 di tahun
depan. Walaupun kalah satu gol lewat perpanjangan atas Uzbekistan, para pemain
mereka disambut seperti tentara yang pulang sehabis memenangkan perang oleh rakyat
Vietnam. Negara komunis itu memang sudah
jauh berbenah dalam segala aspek dari pada Negara kita. Dalam 10 tahun terakhir
Vietnam berkembang pesat dalam segi
Ekonomi, kesejahteraan, pembangunan, dan olahraganya. berbanding
terbalik dengan Indonesia yang saat ini baru memulainya. Walaupun semua sadar
bahwa kita iri, namun bukankah itu menjadi tanda tak mampu?
Tepat hari ini, delapan puluh delapan tahun yang lalu, saat
Vietnam masih dijajah Prancis. Tokoh revolusioner mereka Ho Chi Minh,
mendirikan Partai Komunis Vietnamyang, walau lebih biasa dikenal dengan Partai
Komunis Indocina (Vienam, Laos dan kamboja). Dengan sepuluh pokok tujuan,
walaupun dirinya hanya menekankan pada 3 pokok saja.
Pertama, melawan imperialisme Prancis, yang mengarah ke
feodalisme dan melawan perbedaan kapitalis borjuis di Vietnam.
Kedua, membentuk kemerdekaan Negara Vietnam secara penuh
dari penjajahan Prancis.
Tiga pokok yang terakhir adalah cita-cita partai komunis
di manapun keberadaannya. Mendirikan suatu birokrasi permerintahan yang diisi
oleh kaum dan golongan petani, buruh dan militer.
Motivasinya adalah mengisi kekosongan gerakan oposisi
pribumi di Vietnam, menggantikan partai Sosialis Vietnam yang berhasil
diberedel oleh Prancis. Tahun 1929, partai Sosialis Vietnam melacarkan
serangan atas penjajahan Prancis atas bangsanya. 229 anggota partai ditangkap
dan sisanya melarikan diri ke Cina mencari perlindungan.
Dengan kekosongan tersebut Ho Chi Minh keluar dengan
pengalamannya belajar pada tokoh-tokoh sayap kiri di Prancis. Dan mendirikan
Partai Komunis disana pada tahun 1912, bersama sekelompok kawan imigran
Aljazair, Senegal, India, dan Asia yang terbuang di kota Mode itu.
Sebelas tahun berselang berangkatlah dia ke Moskow sebagai
delegasi menghadiri Kongres Tani Dunia. Selama setahun dia tinggal untuk
belajar pergerakan dan propaganda komunis pada pimimpin-pemimpin Soviet, seperti
Nikolai Bukharin, Leon Trotsky, dan Joseph Stalin. Disanalah pemikiran
Marxisme-Leninisme Ho Chi Minh sudahlah matang.
Bahkan pada tahun 1925, Ho Chi Min dikirim ke Cina untuk
membantu pergerakan Komunis disana. Di Cina, Ho Chi Minh mengajak para pemuda
pengungsi Vietnam, yang rata-rata adalah para pelarian politik, mendirikan
“Perkumpulan Pemuda Revolusioner Vietnam.” Walaupun itu sebebarnya adalah
propaganda untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran komunis kepada para kadernya.
Mengutip suatu percakapannya dengan orang Prancis Ho Chi
Minh berkata: “Saya tak punya tentara,
saya tak punya uang, saya tak punya diplomasi. Saya hanya punya kebencian, dan
saya tak akan melucutinya.” Kebenciannya ini bukannya tanpa alasan, karena
ledakan kebenciannya pada penjajahan Prancis yang ia dan keluarganya rasakan
sengsaranya saat kecil dulu.
Setelah semua pergerakan dan perang gerilya berkepanjangan
dengan Prancis, tanggal 2 september 1945, Ho Chi Minh mendeklarasikan
kemerdekaan Vietnam dibawah bendara komunis. Kemerdekaan ini tak berlangsung
lama karena setelah Prancis pulang, Amerika datang membawa bedil.
Terpecahnya Vietnam menjadi dua bagian, Vietnam Utara yang
bergerak ke komunis (dibawah dukungan Uni Soviet dan sekutu) dan Vietnam
Selatan yang bergerak ke Kapitalis (dibawah dukungan Amerika Serikat dan sekutu).
Membuat perang tak bisa terelakan.
Walaupun dalam prakteknya, perang tersebut adalah gengsi
Amerika melawan Uni Soviet. Di mana Vietnam dibantu pasokan persenjataan dan
kendaraan perang guna memngimbangi semua gempuran Negara Adi Kuasa. Perang berlangsung
10 tahun dengan Amerika harus menelan kekalahan.
Sampai sekarang Partai Komunis masih menjadi satu-satunya
partai yang ada di Vietnam (Negara satu partai.) Ho Chi Minh memang sudah
merencanakan bentuk Negara ini sedari dulu, sebagaimana sebagai pegangan
gerakan “pembebasan nasional” di Asia Tenggara, bukanlah filosofi rumit tentang
meterialisme historis dan ketiadaannya Tuhan (ateisme.)
Selayaknya kembali tidak perlu iri dengan Vietnam. Tidak perlu komunis, tidak perlu sosialis. Namun
mungkin itulah sebab persoalan. Walaupun, seharusnya ada yang memberi jawaban, terhadap pertanyaan yang tak mudah
dipecahkan.
Semuanya tergantung pada orang Amerika. Jika mereka ingin melakukan perang selama 20 tahun maka kita akan melakukan perang selama 20 tahun. Jika mereka ingin berdamai, kita akan berdamai dan mengundang mereka untuk minum teh sesudahnya. - Ho Chi Minh
0 komentar: