“Dengarlah yu aku
punya cerita yang akan kuajukan ke lomba cerpen tingkat kampus lusa dan aku dengar hadiah uangnya juga lumayan” kata
Nanda kepada Wahyu sore itu ditaman kampus. nanda yang baru selesai ngampus
dengan pakaian yang acak acakan karena tidak pernah disetrika ini berusaha
mengemukakan ceritanya pada si wahyu yang lebih modis daripada Nanda.
“Apa ceritamu, tak
biasanya kamu ikut lomba seperti itu?” sahut wahyu.
“entahlah hatiku hanya sedang gundah dan mungkin bercerita
bisa jadi obatnya,lagian hadiah dari lomba itu bisa menambah uang biaya
kuliahku” jawab nanda dengan ekspresi datar.
“ lantas bagaimana ceritamu mungkin aku sudi mendengarnya sekarang
hitung hitung menemani senja sekarang” si wahyu dengan entengnya.
oke aku akan bercerita, Begini pada suatu pagi ada anak
petani dia sangat pandai dan sekarang doi berkuliah di kampus baru jadi , dia
mengambil ilmu pertanian agar esok ia bisa meneruskan sawah bapaknyadia sudah
ada dikelasnya dosen dan teman teman mahasiswanya juga ada dikelas , saat tiba
giliranya absen, kertas absen dibukanya bolak balik tapi namanya tidak ada di
kertas absen yang berjumlah hanya dua lembar itu, doi bingung kenapa namanya
tidak ada di kertas absen itu padahal semester kemarin ada, kemudia di bertanya
dengan dosennya yang sedang menerangkan di depan.
“ pak ini kenapa, nama
saya tidak ada di absen?” tanya anak
petani.
“ ya mana saya tau,
sana tanya kepada bidang kemahasiswaan” jawab dosen dengan gamblang.
Karena dongkol dengan jawaban si dosen , si anak petani
keluar dan menuju ruang bidang kemahasiswaan, kemudian dia tanya lagi ke
seseorang sekertaris di ruangan itu
“ Ibu kenapa nama saya
tidak ada di absen kelas?” tanya anak petani.
“Lah mana saya tahu saya cuman bagian administrasi kemahasiswaan dan
soal absen saya cuman tinggal ngeprint saja, coba tanya pak dekan” jawab
sekertaris TU tak mau peduli.
kembali pertanyaannya tidak bertemu dengan jawaban dengan
tambah kesal, si anak petani menuju ke ruang dekan dan bertanya ke pak dekan.
“pak dekan kenapa nama
saya tidak ada di absen kelas?” pertanyaan yang sama kembali
dilontarkannya.
“hemm” pak dekan
mengetuk ngetukkan jarinya dan memberikan sebuah amplop coklat ke anak petani.
“itu dari pembantu
rektor tiga bagian keuangan dan kamu disuruh menghadapnya sekarang” jawab
pak dekan dengan suara berat.
“lantas apa hubunganya
isi amplop ini dengan tidak adanya nama saya di absen” sanggah si anak
petani itu.
“maaf saya kurang tahu coba tanyakan kepada si
pengirim surat itu” balas pak dekan seakan ingin segera mengakhiri
percakapan.
Kembali perasaannya campur aduk pikirannya kalut bagaimana bisa
mengurus nama di absen saja harus diputar putarkan seperti ini , akhirnya
setelah menaiki tangga lantai delapan dia masuk ke ruang rektor tiga dia
bertanya.
“Bapak, kenapa nama
saya tidak ada di absen kelas dan kenapa bapak mengirimkan amplop coklat ini”
pertanyaan yang sama kembali ditanyakannya dan amplop ditangannya terlihat
basah terkena keringat dari ujung jarinya.
“Apakah sudah kamu
baca isi surat di amplop itu?’ tanya pembatu rektor enteng.
“belum Pak” jawab
anak petani gamblang.
“maka buka dan bacalah” sela pak pembantu.
dibukanya isi surat itu dan betapa terkejutnya bahwa isi
surat itu adalah surat drop out si anak petani karna belum membayar uang
semester, dengan perasaan yang campur aduk si anak petani pun mencoba menelaah
bukanya bapaknya di kampung sudah membayarkan uang semesteranya,
“bukankah bapak saya
telah membayar uang semester saya dan kenapa saya yang sudah membayar ini kena
drop out padahal ipk saya selalu lebih dari 3.8 di setiap semester 3 tahun ini”
bela anak petani dengan meluap luap.
“dengar anak muda bapakmu benar telah membayar
uang kuliahmu tapi itu hanya seperempatnya saja lihatlah kuintansi ini, dari
satu juta lima ratus yang harus dibayar bapak kamu cuman menigirim uang seratus
lima puluh ribu saja, jadi mau tidak mau kamu harus di drop out dari kampus
ini” jawab pembantu dekan diplomatis.
“tapi pak apakah segampang itu mendrop out
saya, saya masih ingi kuliah pak, mungkin panen bapak saya sedang gagal pak dan
mungkin untuk saat ini bapak saya cuman bisa mengirim uang segitu, mungkin
bulan depan bapak saya akan mencicilnya pak” ucap si anak petani yang saat
ini memelas.
“kau kira ini tempat
cicil panci apa, ini universitas tidak ada istilah cicil mencicil, tak pandang
kamu mahasiswa berprestasi atau mahasiswa terpintar disini jika kamu tidak
membayar atau kurang membayar ya drop out” jawab pembantu dekan beringas.
0 komentar: