Source: pinterest.com Ratu Adil adalah mitos, sebab saat pertama kali istilah itu keluar dari ...

Mengolok Penunggu Ratu Adil

        
                         Source: pinterest.com

Ratu Adil adalah mitos, sebab saat pertama kali istilah itu keluar dari Jayabaya yang diramalkan belum juga datang. Dikatakan saat dunia sedang kisruh pemerintahannya, bencana terjadi dimana-mana, dan ketidakadilan dilumrahkan saat itulah Ratu Adil datang. Klise namun hal itu menjadi optimisme masyarakat Jawa dari masa ke masa. Tokoh yang diharapkan mampu untuk mengantarkan mereka dari jurang penderitaan yang tak berujung. Namun penderitaan nyatanya tetap datang, mulai dari dulu ramalan ini dikeluarkan hingga zaman sekarang.

Pangeran Diponegoro pernah dijuluki Ratu Adil atau Satria Piningit saat perang melawan 
kolonialisme Belanda. Perang selama 5 tahun tersebut dimenangkan Belanda dan Diponegoro ditangkap dan diasingkan. Lalu di era pra-kemerdekaan H.O.S Cokroaminoto didapuk oleh para pengikutnya sebagai Satria Piningit yang lain, lewat organisasinya Syarekat Islam (SI) Cokroaminoto membuat kolonial Belanda ketar-ketir karena berhasil menggaet 3 Juta anggota di tahun 1919. Lewat jalan politik islam, SI berani membuat kongres besar untuk membuat suatu negara sendiri untuk merdeka, Cokroaminoto sang pemimpin dirasa banyak rakyat tokoh yang mampu mewujudkannya. Namun lewat intrik Belanda, Cokroaminoto berhasil dipenjarakan.

Saya jadi ingat drama Perancis yang ditulis Samuel Beckett tahun 1948 berjudul Menunggu Godot. Tokoh Estragon dan Vladimir yang memerankan rakyat biasa berserah dan pasrah terhadap keadaan mereka yang serba kekurangan. Mereka layaknya berada dimasa sekarang, tertindas dikeadaan yang sangat membingungkan. Mereka tidak tahu kenapa bisa begitu menderita, kemiskinan struktural, dan para elit serakah yang mementingkan kelompoknya adalah gambaran lintah penghisap darah.

Namun Estragon dan Vladimir yang duduk dibawah pohon masih setia menunggu Godot, “Kita tidak bisa pergi” ucap Vladimir, “mengapa tidak?” Tanya Estragon, “karena kita menungguGodot” tutup Vladimir. Lalu siapakah Godot yang mereka maksud? Beckett sendiri tidak memberikan jawaban pasti, namun drama teater ini mempunya interpretasi sendiri oleh penonton saat dipentaskan. 

Drama ini sangat berpengaruh pada saat kemunculannya di eropa, para narapidan di Jerman merasa mereka seperti Estragon dan Vladimir yang menunggu Godot datang. Entah apa yang mereka tunggu namun Godot seperti sebuah cahaya yang mampu membawa keadaan menjadi lebih baik. Namun seperti yang kita tahu Estragon dan Vladimir
setia menunggu hingga layar beludru merah menutup panggung drama, dan Godot yang mereka tunggu tidak pernah datang.

Godot layaknya Ratu Adil kita yang lain. Eropa dan Jawa nyatanya mempunya penderitaan yang sama. Lalu optimisime atas penderitaan mereka letakan kepada tokoh fana yang mereka tunggu kedatangannya. Manusia nyatanya begitu absurd, mereka menunggu ketidakpastian yang tak berujung. Harusnya mereka bergerak merubah keadaan, bukan hanya menunggu. 

Ratu Adil kita tidak akan pernah datang, karena itu berkelompok untuk suatu perubahan mungkin bisa dikaji dan dilakukan. Ini bukan ajakan makar, namun coba renungkan berapa waktu yang kalian habiskan untuk menunggu hari yang lebih baik. Jayabaya boleh meramalkan Ratu Adil, Samuel Beckket bisa menciptakan Godot namun apakah mereka datang? Ramalan bisa salah, namun realitas adalah kenyataan yang pahit kita alami sekarang. Lalu dari sekian banyak alasan penderiataan apakah kita masih harus menunggu Godot?

                               Muhammad Ardico 
                               Dari angkringan depan rumah
                               Nganjuk, 17 Februari 2024
                               

0 komentar: